Gogle News

Bersama Pemuda, PT BSI Dorong Pengolahan Sampah Organik dan Pengembangan Budidaya Magot

$rows[judul]
Tinjau budidaya magot di Pemuda Etan Gladak Anyar (PEGA) Indonesia

Saat ini ada seratus keluarga yang menyalurkan sampah kepada PEGA, dari semula hanya 15 keluarga. Selain itu PEGA juga mengambil limbah pertanian berupa buah semangka dan buah naga yang rusak saat dipanen. Namun mereka masih belum maksimal dalam mengolah sampah. Rumah pengolahan PEGA yang difasilitasi BSI bisa mengolah dua ton sampah per hari. Namun mereka baru mendapatkan tiga ton sampah per pekan.

"Kami akhirnya ,mengurangi produksi dan lebih banyak memproduksi telur daripada maggot fresh. Jadi kalau sudah dewasa, maggot tidak dikasih makan, lalu akan menjadi lalat dan menghasilkan telur. Telurnya untuk siklus lagi dan kami jual. Kemarin kami menyuplai per hari 1 ons untuk membantu budidaya maggot dalam skala bisnis. Kami jual Rp 2.500 per gram," kata Sundarianto.

Kendati bermanfaat untuk lingkungan, pusat pengolahan sampah organik ini sempat memicu protes warga sekitar pada 2020. Apalagi kalau bukan karena bau. Sundarianto ingat benar bagaimana puluhan warga kampung sebelah mendatanginya. "Kami disuruh pindah dari tempat ini," katanya.

Sundarianto pun berusaha meyakinkan warga bahwa akan berupaya keras untuk meminimalisasi bau yang muncul. Ia memperkenalkan kepada warga soal pengolahan sampah yang ramah lingkungan. "Kalau sampai rumah masih bau, monggo datang lagi. Alhamdulillah, sampai rumah, warga tidak komplain lagi karena bau sudah teratasi," katanya.

Demo tidak sekali terjadi. Pertengahan 2021, warga juga berunjuk rasa. Namun semua bisa diselesaikan dengan dialog. "Kami berusaha meyakinkan warga. Pengolahan sampah di sini beda dengan di tempat pembuangan sampah. Bau berasal dari sampah organik, dan ini kami mengolahnya," kata Bahtiar.

Baca Lainnya :

PT BSI dan PEGA sigap merespons protes warga yang mayoritas belum teredukasi soal pengolahan maggot. "Kami ada treatment khusus ketika ada bau. Bau tidak sampai berhari-hari seperti kalau sampah menumpuk di jalan," kata Bahtiar. 

Kerja keras Sundarianto dan kawan-kawan rupanya menarik perhatian luar negeri. Pemerintah Norwegia dan lembaga swadaya masyarakat yang memiliki program Clean Ocean Through Clean Communities (CLOCC). Sundarianto menduga Indonesia Solid Waste Association (InSWA) memperoleh informasi tentang kiprah PEGA dari media sosial. Ia kemudian diundang untuk menghadiri pertemuan di pusat kota Banyuwangi.  

Februari 2023, mereka menandatangani kontrak perjanjian kerja sama InSWA dan CLOCC. PEGA diangkat menjadi konsultan lokal untuk mendampingi pengolahan sampah di 14 desa dan satu kelurahan di Banyuwangi hingga Februari 2024, antara lain Kebondalem, Tamansari, Genteng Kulon, Genteng Wetan, Glagah, dan Setail.