Gogle News

Bersama Pemuda, PT BSI Dorong Pengolahan Sampah Organik dan Pengembangan Budidaya Magot

$rows[judul]
Tinjau budidaya magot di Pemuda Etan Gladak Anyar (PEGA) Indonesia

PT BSI terkesan dengan tekad anak-anak muda yang dipimpin Sundarianto. Bukannya merepresi gerakan anak-anak muda ini, perusahaan justru sepakat membantu PEGA Indonesia pada 2018. Direktur PT BSI Riyadi Effendi menegaskan kembali komitmen untuk memastikan kehadiran perusahaan dan kegiatannya bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan seluruh pemangku kepentingan. "Ini wujud Pasal 33 UU 45 semua kegiatan pertambangan untuk kemaslahatan dan kepentingan masyarakat," katanya.

Melalui program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM), PT BSI berhasil mewujudkan banyak hal. "Kami mengembangkan binaan PT BSI yaitu peternakan maggot untuk pakan ternak berkualitas tinggi, memanfaatkan limbah organik yang ada di PT BSI," kata Riyadi. 

Setiap bulan diadakan pertemuan antara PT BSI dan PEGA Indonesia untuk mengurai persoalan dan mencari solusi, termasuk soal kendala produksi seperti kurangnya pakan dan sampah. "Kami ingin budidaya maggot ini berkembang," kata Bahtiar.

Setiap pekan, Sundarianto dan kawan-kawan mengolah kurang lebih tiga ton sampah organik. Mereka rata-rata memproduksi satu kuintal maggot fresh per minggu. "Kalau kebanyakan sampah limbah dapur, hasilnya pupuk padat," kata Sundarianto. 

Ada lima produk yang bisa diperoleh dari pengolahan sampah organik ini, yakni maggot fresh untuk pakan ikan dan unggas, maggot kering untuk pakan hewan hias, pupuk padat untuk tanaman, pupuk cair untuk dekomposer dan mengurangi amoniak lingkungan, dan insektisida organik untuk mengusir hama tanaman. Semuanya berbahan baku sampah yang berasal dari PT BSI dan warga sekitar.

Baca Lainnya :

Saat ini pasar yang disasar baru lokal Siliragung dan sekitarnya. Mereka belum berminat untuk melebarkan sayap ke luar wilayah. "Alhamdulillah, kami sampai kekurangan produksi persediaan untuk memenuhi kebutuhan lingkungan sendiri," kata Sundarianto. Dari sini PEGA Indonesia bisa menghidupi kelompok secara mandiri.

PEGA sempat kesulitan bahan baku pada medio 2018-2020. Masalah bahan baku mulai teratasi setelah Sundarianto lebih massif mengambil sampah rumah tangga. Mereka menukar tempat sampah warga yang berisi sampah organik setiap kali mengepulnya, sehingga rumah warga senantiasa bersih.

"Teman-teman belum berani ambil sampah ke perumahan, produksi pun minim. Kami mengadakan pertemuan, mencoba mencari solusi. Bagaimana kalau kita jemput bola datang ke perumahan, menawarkan  jasa pengangkutan sampah dan mendatangi warung-warung untuk menawarkan pemungutan sampah," kata Bahtiar.