![$rows[judul]](https://lantaran.com/asset/foto_berita/1de61d1b-f66b-47ed-819f-64272bb58a85_20250205_153350_0000.jpg)
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Roan juga mengajarkan nilai ikhlas atau ketulusan. Saat santri roan mereka melakukannya tanpa mengharapkan imbalan atau pujian. Mereka bekerja dengan niat yang tulus untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan pesantren. Ini sangat sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya beramal dengan niat yang ikhlas. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
انما الاعمال بالنيات وانما لكل امرئ ما نوى (متفق عليه)
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya, setiap individu sesuai apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Selain itu juga mengajarkan nilai kesederhanaan dan kerendahan hati. Para santri yang terlibat dalam kegiatan ini tidak ada yang merasa lebih tinggi dari yang lain. Semua bekerja bersama tanpa memandang status atau posisi. Hal ini mencerminkan di mana setiap individu dipandang setara dalam keberagaman dan bekerja bersama untuk tujuan bersama. Ini juga sesuai dengan ajaran Islam yang mengajarkan untuk selalu rendah hati dan tidak sombong.
Roan dalam Konteks Sosial dan Budaya
Di pesantren roan juga membangun hablum minan nas (hubungan sosial) yang kuat antara sesama santri. Semua santri terlibat dalam kegiatan ini, yang membantu mempererat hubungan antar mereka, meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Ini adalah bentuk dari interaksi sosial yang sangat positif.
Roan mengajarkan untuk peduli terhadap lingkungan dan kesejahteraan sesama. Contoh yang sudah rutin dilaksanakan oleh santri kepada masyarakat adalah, rutin mengagendakan bersih musholla sekitar pesantren dan sekitar wali santri sebagai bentuk membangun hubungan yeng berkesinambungan antara pesantren dengan masyarakat.