Lebih lanjut, Uny Saputra menjelaskan, situs tersebut diketahui sebagai tempat pertemuan antara Sabdo Palon dengan Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Tempat ini juga menjadi saksi perpisahan dua tokoh besar dijaman kejayaan Krajaan Majapahit sebelum runtuh.
"Saya merasa sebagai pewaris keturunan, masih memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan misi leluhur dan Eyang Prabu Brawijaya V. Saya sangat berterima kasih kepada pak Wayan yang memegang seketa atau denah yang sesuai arahan leluhur," tambahnya.
Penemuan ini tidak hanya menjadi sensasi arkeologi, tetapi juga menyoroti pentingnya pelestarian dan pemahaman akan sejarah serta warisan budaya yang menjadi bagian dari identitas bangsa.
Di lokasi Ketua Perkumpulan Pendopo Semar Nusantara, Kecamatan Cluring, Uny Saputra mengungkapkan bahwa Pura Agung Candi Purwo dibangun pada tahun 1996. Pembangunannya didanai oleh swadaya umat Hindu setempat, dengan bantuan donatur dari Bali.
Uny Saputra juga menjelaskan bahwa pada tanggal 11 September 2011, dilaksanakan pamelaspas atau upacara peresmian. Pada saat itu, dipercayai sebagai tonggak sejarah kembalinya Sabdapalon ke tanah Jawa, sekaligus sebagai tonggak sejarah Nusantara.
"Lokasi candi ini cukup jauh dari keramaian. Bangunannya merupakan perpaduan khas Jawa dan Bali, namun lebih dominan Jawa dengan kemiripan peninggalan era Majapahit. Candi ini menghadap ke arah timur, mengikuti arah matahari terbit, yang merupakan simbol kawitan atau awal," jelasnya.
Untuk mencapai lokasi candi, diperlukan sedikit perjuangan. Dari kota Banyuwangi, butuh sekitar 2 jam perjalanan. Jalur menuju candi ini sejalan dengan Taman Nasional Alas Purwo. Begitu memasuki kawasan hutan, akan terlihat papan nama menuju candi. Jalannya masih sempit.