"Saya kira perolehan kursi partai yang nasionalis di Jatim cukup menjadi bukti nyata betapa kuatnya basis nasionalis di Bumi Majapahit. Menurut saya jika dibandingkan dengan figur Emil Dardak misalnya, maka figur Risma ini jauh lebih unggul sebagai representasi kelompok nasionalis," lanjutnya.
"Ya perolehan suara parpol dari masing-masing figur ini bisa jadi sebagai salah satu indikasi ya. Meskipun kita sering lihat hasil Pilkada yang sering tidak sejalan atau tidak linier dengan hasil di Pileg. Akan tetapi, bukan berarti hasil Pileg sama sekali tidak bisa digunakan sebagai bahan untuk menakar potensi dukungan dari masing-masing figur yang akan berkontestasi," tambahnya.
Menurut Fauzin, rekam jejak Risma yang pernah dua periode menjadi Wali Kota Surabaya dan kader asli PDI Perjuangan (PDIP) menjadi modal bagus di Pilgub Jatim 2024.
"Saya kira juga menarik untuk dibaca sebagai modal politik. Risma pasti punya loyalis di Kota Surabaya yang itu bisa dimanfaatkan buat mendongkrak elektoral di Pilgub Jatim. Sebagai parpol, dapat kita katakan bahwa PDIP termasuk punya kader yang militan dan mesin partai yang bagus," katanya.
"Tapi, PDIP juga perlu saya kira belajar pengalaman dari Pilgub terdahulu yang mengalami kegagalan. Supaya kesalahan-kesalahan strategi tidak terulang kembali di Pilgub 2024," tandasnya.