Gogle News

Ada yang Bilang Lebaran Ketupat Bertentangan dengan Islam, Ini Kata MUI

$rows[judul]
Ketua Bidang Kerukunan Antar-Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Yusnar Yusuf Rangkuti

Menurutnya, kebiasaan yang sarat dengan kearifan lokal seperti mudik dan Lebaran Ketupat perlu mendapat apresiasi, karena bisa memberikan efek positif terhadap kerukunan masyarakat Indonesia. 

"Saya kira berbagai kearifan lokal yang ada sudah menjadi kebiasaan dan itu akhirnya menjadi budaya bagi orang-orang yang ada di Indonesia. Hal ini termasuk mudik, yang berarti mengunjungi orang tua dan keluarga di kampung halamannya masing-masing," ujarnya.

Menyikapi pro dan kontra terhadap kebiasaan masyarakat pasca-Idulfitri seperti Lebaran Ketupat, KH Yusnar justru beranggapan pemerintah perlu melembagakan penyelenggaraannya. Dengan kebijakan secara resmi, negara juga memiliki partisipasi aktif dalam kerukunan masyarakat dan kelestarian tradisi serta budaya. Ketua Dewan Pertimbangan Pengurus Besar Al Washliyah ini berharap agar segala bentuk kearifan lokal yang menyemarakkan Idul Fitri bisa berkontribusi dalam membangun moderasi beragama yang lebih baik lagi. Turut menjaga dan melestarikan nilai dan kearifan lokal dapat menghindarkan orang atau kelompok masyarakat dari pengaruh intoleransi dan radikalisme.

Pihak yang cenderung menolak praktik budaya dan kearifan lokal seringkali belum memahami agama dengan komprehensif, dan memandang sempit segala perkara. 

"Sebab ketika budaya saat lebaran itu dibangun, intoleransi itu tidak akan terjadi. Misalnya saja ketika melakukan mudik, ketika para pemudik singgah di beberapa masjid, ada yang warga sekitar yang memberikan minum. Warga lainnya bahkan ada yang mempersilahkan pemudik yang mampir untuk beristirahat di rumah mereka. Ini baru dari kegiatan mudik saja, belum yang lainnya," imbuhnya. 

Baca Lainnya :

Menjadi hal yang wajar jika praktik beragama di Indonesia diwarnai dengan beragam budaya dan adat istiadatnya. Sebagai sebuah negara yang menaungi begitu banyak suku, bangsa, agama, hingga kepercayaan, perbedaan praktik kehidupan adalah suatu keniscayaan dan tidak mungkin dibendung oleh siapa pun. 

"Indonesia itu negara yang luar biasa. Menurut saya, negara kita ini sangat menarik untuk dikaji oleh dunia. Bayangkan saja, jazirah Arab itu bahasanya, kulitnya, dan datarannya sama, namun bisa pecah jadi sekitar 19 negara. Indonesia yang punya lebih banyak perbedaan bahasa, kulit, tempat yang beragam, tapi tetap bisa bersatu," kata KH Yusnar.

Sumber : https://nasional.sindonews.com/